Research, recook, realising it failed

Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin. Selamat Hari Kenaikan Isa Al-Masih untuk teman-teman yang merayakan. Walaupun ini sudah hari ketiga, leher mulai tegang dan celana mulai ketat, jangan lengah karena masih ada kue-kue yang menunggu untuk dihabiskan! Sangat disayangkan tahun ini kita masih harus membatasi diri untuk berkunjung ke rumah teman atau keluarga. Semoga lebaran tahun depan keadaan sudah lebih baik dan kita bisa kembali berkumpul hore seperti sebelum pandemi.

Kalian kalau lebaran bikin kue kering sendiri atau beli? Kalau di rumahku, mau makan kue kering tapi tidak mau repot, tsay. Jadi, setiap tahun kue keringnya kami pesan. Tadinya lebaran tahun ini mau skip kue kering. Maunya bikin puding saja, resep tinggal nyari dan recook yang gampang dan praktis dari internet. Hanya saja mamak mau tetap ada kue kering. Jadi, selain puding, penganan lebaran juga di-backup kue kering, kacang crispy, sirup dan minuman kemasan yang kaya akan gula. Mabuk gula!

Sebenarnya aku dan mamak bukan penggemar penganan manis, tapi kalau ada ya dimakan juga. Eh, gimana? Iya, jadi yang suka penganan manis itu bapak. Kue tradisonal kesukaan bapak, ya kue-kue yang manisnya bikin giung seperti bolu peca’, sikaporo’, barongko. Pokoknya yang rasanya manis dan mengunyahnya tidak butuh effort.

Seperti yang aku cerita sebelumnya, penganan lebaran kali ini selain beli ada juga yang aku bikin sendiri. Jadi, posting-an ini tujuannya untuk berbagi resep dan memamerkan kegagalanku membuat ulang resep yang aku temukan di internet. Kalau orang lain pamer kesuksesan, sementara aku pamer kegagalan dulu karena suksesnya belum tahu kapan. Bayangan tentang proses pembuatan puding yang gampang dan praktis, buyar.

Resep puding yang aku praktikkan sebenarnya bukan resep baru, viral-nya sudah sekitar setahun atau lebih. Aku share siapa tahu ada yang baru mau coba praktik juga kayak aku, sekalian untuk jadi arsip.

Buat kalian yang baru belajar kayak aku, sebagai bahan catatan aku ingin cerita sedikit di bagian mana dan hal apa yang kemungkinan membuat puding buatanku gagal. Jadi, puding buatan aku gagalnya di layer pertama, puding busa. Putih telurnya aku kocok cukup lama dengan kecepatan tinggi, tapi hasilnya tidak sampai mengembang dan kaku. Setelah aku pikir-pikir, kemungkinannya ada tiga. Pertama, aku kurang hati-hati memisahkan kuning dan putih telur. Alhasil ada sedikit bagian dari kuning telur yang ikut tercampur ke putihnya. Kedua, gula pasir aku masukkan sekaligus dan aku kocok bersama putih telur dari awal. Ketiga, kecepatan mixer-nya kurang. FYI, aku pakai mixer merek Fujiya punya mamak yang umurnya entah sudah berapa puluh tahun.

Oh, ya. Resep yang aku bagikan di atas sudah aku koreksi sedikit dari versi asli, karena menurut aku masih kemanisan. Belum aku coba buat ulang lagi sih, tapi semoga rasanya sudah pas. Silakan disesuaikan dengan selera masing-masing. Video dan resep asli yang aku jadikan referensi bisa kalian lihat di sini. Selamat mencoba!

Hasil recook Puding Busa Marie Regald

2 Replies to “Research, recook, realising it failed”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *